BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan
di Indonesia sangatlah beraneka ragam. Kebudayaan itu berawal dari pemikiran
manusia dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan dizaman
sekarang ini sudah dipandang sebelah mata oleh masyarakat,khususnya masyarakat kota. Terlebih lagi kebudayaan
peninggalan terdahulu. Orang tua sekarang hanya mengajarkan sebagian kecil
kebudayaan yang sudah mereka ketahui kepada anak-anak mereka.
Oleh karena itu,pembuatan makalah ini
ditujukan untuk mengetahui keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat Wirun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kebudayaan itu?
2. Jelaskan macam-macam kebudayaan yang
ada didesa wirun!
3. Bagaimana sikap dan pandangan
masyarakat setempat mengenai kebudayaan yang sudah ada tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
kebudayaan menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui macam-macam kebudayaan
yang ada didesa Wirun.
D. Manfaat
1. Secara teoritis, dapat menambah
khasanah pengetahuan tentang keanekaragaman budaya yang ada di desa Wirun,
kec.Winong, Kab.Pati, Jawa Tengah.
2. Secara praktis, diharapkan dapat merasakan
keanekaragaman budaya yang ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kebudayaan
-
Keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar
(Koentjoroningrat).
-
Kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadatdan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan –kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Tylor:1871).
-
Semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Selo Soemarjan dan Soelaeman
Soemardi).
-
Keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Ilmu Antropologi).
B. Macam-macam kebudayaan yang ada
didesa Wirun
1. Procotan
Procotan
ini dilakukan oleh keluarga yang sedang hamil. Kebiasaan ini dilakukan pada
bulan ketujuh. Acaranya sangatlah sederhana, yaitu dengan cara membagi-bagikan
bubur merah manis ketetangga-tetangga disekitar rumahnya. Bubur tersebut
terbuat dari tepung beras dan gula merah. Kemudian diatasnya ada buah pisang
raja yang dibalut bubur tadi. Pisang tersebut tidak boleh dipotong. Untuk
penyajiannya ditaruh diatas piring yang sudah diberi alas daun pisang. Untuk
satu piring, pisangnya satu dan pisang tersebut harus ada bagian yang kelihatan
meskipun sudah dibalut bubur.
2. Sedekah bumi
Sedekah
bumi dilakukan setahun sekali dan melibatkan warga seluruh desa. Acara seperti
ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dilestarikan sampai
sekarang. Selain acara selametan, biasanya juga digelar pertubjukan.
Pertunjukan tersebut yang dahulunya wayang kulit sekarang berubah menjadi
ketoprak. Hal ini disebabkan karena wayang kulit sedikit peminatnya kebanyakan
warga lebih suka ketoprak. Peminat wayang kebanyakan dari sebagian golongan
tua, itupun melihat pertunjukan diatas jam 11 malam. Acara ini biasanya digelar
di salah satu rumah warga yang mempunyai halaman yang cukup luas atau di balai
desa. Tempat ini serentak menjadi ramai dengan datangnya para pedagang yang
mremo atau menjual makanan, minuman, dan mainan anak-anak.
Untuk
menyambut acara sedekah bumi ini,para warga desa sudah menabung jauh-jauh hari,seingga
ketika harinya tibamereka tinggal membuka tabungandan membelanjakan uang untuk
memeriahkan tradisi sedekah bumi yang digelar setahun sekali ini. Biaya yang
dikeluarkan untuk acara pelaksanaan inihasil iuran seluruh warga desa. Setiap
kepala keluarga dikenai dana sesuai kemampuan masing-masing dan kesepakatan
bersama. Setiap pemilik sawah juga dikenai dana, tergantung luas lahan sawah
masing-masing.
Para
warga desa tetap menerima dan menjalankan dengan suka hati karena tradisi
sedekah bumi merupakan warisan para leluhur. Sebagai wujud kerukunan bersama,
pagi hari para warga mengumpulkan asahan atau nasi selamatan yang dibawa
kemakam. Biasanya para perangkat desa tidak hanya membawa nasi saja melainkan
ada ayam dan pisang. Setelah berkumpul jadi satu nasi beserta lauk-pauk dan
makanan lain yang telah dibawa tadi didoakan bersama yang dipimpin oleh Modin
yang diamini oleh seluruh warga yang hadir. Yang hadir dalam acara ini biasanya
tidak hanya warga desa setempat saja melainkan dari desa-desa tetangga. Seusai
berdoa nasi tersebut dimakan atau dikepung bersama-sama dalam satu tempat
sehingga kelihatan rukun dan akrab.
Acara
sedekah bumi ini masih banyak dilestarikan oleh warga desa khususnya para
petani. Tujuan acara ini adalah untuk
memohon rizki yang melimpah dari Allah lewat usaha bertani mereka. Selain
merayakan dimakam tadi,terkadang ada warga yang merayakannya lagi dirumah
dengan membelikan makanan dan minuman untuk sanak- saudara mereka.
3. Pupak Puser
Pupak
Puser atau yang biasa disebut Puputan diartikan sebagai lepasnya tali pusar
pada bayi yang baru lahir. Setiap bayi lamanya pupak puser berbeda-beda, paling
cepat 3 hari sampai 14 hari setelah hari kelahiran. Lamanya waktu pupak puser
ini memiliki mitos. Jika kurang dari satu minggu, maka kalau besar nanti bayi
tersebut tidak bisa awet atau memiliki sesuatu. Dalam tradisi,kalau pusernya
belum copot, bayi tersebut belum boleh diberi nama. Nantinya bisa sakit-sakitan
karena tidak kuat menahan beratnya nama, karena nama itu merupakan harapan dan
doa yang baik dari orang tua buat bayi tersebut. Makanya orang dahulu kalau
anaknya sakit-sakitan, namanya sering diganti. Tapi kenyataan sekarang
nama-nama itu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum bayi itu lahir. Pada
saat bayi itu lahir kemudian di adzani (menurut islam) bayi itupun diberi nama.
Selain
pemberian nama, rambut bayi itupun digunduli atau dipotong sampai bersih dan
diakiqohkan. Waktu yang digunakan paling lambat pada saat bayi itu berusia
selapan atau 35 hari. Rambut bayi digunduli karena rambut bayi konon memang
harus dipangkas habis. Paling tidak sekali selama hidupnya.hal itu dipercaya
bisa menyingkirkan segala penyakit supaya jauh-jauh darinya.
4. Tujuh bulanan
Tujuh bulanan ini diperingati atas kehamilan anak yang
pertama. Acara ini terus turun-temurun dari generasi tua ke generasi muda.
Masyarakat desa beranggapan bahwa jika acara tujuh bulanan ini tidak dilakukan,
biasanya terjadi ssuatu yang tidak diinginkan terhadap bayi dan ibunya, bahkan
anggota keluarga yang lainnya.
Acara ini dilaksanakan pada bulan ke-7 atau bulan ke-5 atau
ke-6. Dilaksanakan dua bulan atau satu bulan sebelum bulan ke tujuh karena
biasanya orang desa lupa atau ada selisih hitungan antara hitungan sendiri da
hitungan dokter.
Dalam acara tujuh bulanan ini, harus ada 7 jenis makanan yang
berbeda-beda. Makanan tersebut bukanlah nasi melainkan makanan khas atau
makanan tambahan. Misalnya singkong, nasi jagung atau biji-biji jagung yang
direbus dan ditaburi parutan kelapa (orang menyebutnya grontol), aneka ragam
ubi-ubian atau makanan yang terpendam ditanah, tidak ketinggalan rujak, dan
masih banyak lagi. Nasi jagung tersebut tujuannya untuk makanan pokok pengganti
nasi, meskipun sudah ada nasi.
Biar lebih afdhol, acara ini dihajatkan dengan cara
mengundang para tetangga untuk datang kerumahnya sebelum acara ini dimulai,
disiapkan terlebih dahulu 2 buah kelapa muda yang sudah dibuka bagian atasnya.
Makanan beserta buah kelapa tadi
didoakan yang dipimpin Modin atau ustadz. Dalam acara ini harus ada perangkat
desanya. Setelah selesai didoakan, buah kelapa tadi diberikan kepada orang yang
hamil untuk diminum dan dimakan buahnya. Tujuannya agar bayi yang dirahim
tersebut kulitnya akan bersih dan berseri-seri. Dan makanan yang sudah
disiapkan tadi kemudian dibagi-bagikan pada tamu undangan. Tujuannya agar para
tetangga juga ikut merasakan rizki yang telah diberikan tuhan.
5. Hajatan
Hajatan merupakan suatu moment untuk merayakan atau
menghormati acara tertentu yang dianggap penting dan biasanya dilakukan disuatu
tempat yang dihadiri oleh banyak orang dan berbagai kalangan. Acara ini
biasanya dilaksanakan di masjid atau mushola. Disini semua orang dianggap sama.
Setiap keluarga atau rumah membawa satu asahan. Asahan tersebut berisi nasi dan
lauk-pauknya. Selain nasi biasanya diganti dengan buah-buahan atau makanan
pengganti lainnya seperti jajanan pasar. Waktu pelaksanaannya dilaksanakan
habis maghrib atau isya’. Tetapi untuk memperingati hari raya idul fitri
dilaksanakan pagi hari sebelum sholat id atau sesudah sholat id.
6. Syukuran kelahiran bayi
Acara syukuran ini yang biasa disebut krayanan merupakan
suatu acara yang dilakukan disetiap keluarga yang baru saja mendapatkan
tambahan anggota baru yaitu kelahiran seorang bayi. Acara syukuran ini layaknya
syukuran seperti biasanya. Tapi yang membedakan, dalam acara ini harus ada ayam
(ingkung) dan lalapan. Lalapan ini menurut masyarakat desa wirun meniru ngidba’
rosul. Biasanya yang paling disukai atau dicari-cari dalam syukuran ini adalah
lalapan tersebut. Biasanya dalam acra ini, keluarga sekalian mengumumkan nama
dari bayi tersebut.
7. Mendem ari-ari
Disetiap keluarga yang baru saja mendapatkan tambahan satu
anggota keluarga baru,yaitu kelahiran seorang bayi, maka didepan rumah atau
disebelah kanan pintu terdapat kurungan. Kurungan tersebut bertujuan agar
melindungi ari-ari bayi yang ada didalam tanah tersebut. Kurungan tersebut juga
diberi lampu penerangan. Jika malam hari penerangan tersebut dinyalakan dan
siangnya dimtikan. Bagi masyarakat jawa, ari-ari diyakini sebagai saudara
kandung bayi tersebut. Makanya harus diperlakukan dengan cara tertentu agar
tidak membawa sial bagi si bayi tersebut.
Dalam filsafah jawa,dikenal dengan “ Dulur Papat Limo Pancer
“ . Artinya Empat Saudara yang Kelima
Pusatnya. Dulur Papat tersebut adalah Marwati artinya Samar Mati ( rasa
khawatir meninggal ), Kawah ( air ketuban ), Ari-ari ( plasenta ), Getih /
Rahsa ( darah ) dan semua itu berpusat di pusar sang bayi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita kaji lebih dalam tentang kebudayaan yang ada di
desa Wirun, Kec.Winong, Kab.Pati, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
kebudayaan tersebut merupakan warisan para leluhur. Masyarakatpun menerima
kebudayaan itu dengan baik bahkan menjalankannya. Tujuan dari
kebudayaan-kebudayaan yang ada tersebut adalah memohon rizki yang melimpah
kepada Tuhan dan sebagai rasa syukur masyarakat atas segala nikmat dan rizki yang
telah diberikan Tuhan pada mereka.
B. Saran
Ø Kita tidah usah percaya 100% pada
hal-hal yang belum pasti.
Ø Kita harus senantiasa bersyukur atas
nikmat yang telah Tuhan berikan pada kita.
Ø Kita harus bisa menghargai sesuatu
meskipun itu kecil.
Ø Kita harus selalu hidup rukun dengan
sumua orang pa lagi orang-orang yang ada disekitar kita karena kita makhluk
sosial.
No comments:
Post a Comment