Wednesday, March 27, 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kebudayaan di Indonesia sangatlah beraneka ragam. Kebudayaan itu berawal dari pemikiran manusia dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan dizaman sekarang ini sudah dipandang sebelah mata oleh masyarakat,khususnya  masyarakat kota. Terlebih lagi kebudayaan peninggalan terdahulu. Orang tua sekarang hanya mengajarkan sebagian kecil kebudayaan yang sudah mereka ketahui kepada anak-anak mereka.
Oleh karena itu,pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengetahui keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat Wirun.


B.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari kebudayaan itu?
2.      Jelaskan macam-macam kebudayaan yang ada didesa wirun!
3.      Bagaimana sikap dan pandangan masyarakat setempat mengenai kebudayaan yang sudah ada tersebut?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kebudayaan menurut para ahli.
2.      Untuk mengetahui macam-macam kebudayaan yang ada didesa Wirun.


D.   Manfaat
1.      Secara teoritis, dapat menambah khasanah pengetahuan tentang keanekaragaman budaya yang ada di desa Wirun, kec.Winong, Kab.Pati, Jawa Tengah.
2.      Secara praktis, diharapkan dapat merasakan keanekaragaman budaya yang ada.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian kebudayaan
-          Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (Koentjoroningrat).
-          Kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadatdan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan –kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B.Tylor:1871).
-          Semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi).
-          Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Ilmu Antropologi).



B.    Macam-macam kebudayaan yang ada didesa Wirun
1.     Procotan
Procotan ini dilakukan oleh keluarga yang sedang hamil. Kebiasaan ini dilakukan pada bulan ketujuh. Acaranya sangatlah sederhana, yaitu dengan cara membagi-bagikan bubur merah manis ketetangga-tetangga disekitar rumahnya. Bubur tersebut terbuat dari tepung beras dan gula merah. Kemudian diatasnya ada buah pisang raja yang dibalut bubur tadi. Pisang tersebut tidak boleh dipotong. Untuk penyajiannya ditaruh diatas piring yang sudah diberi alas daun pisang. Untuk satu piring, pisangnya satu dan pisang tersebut harus ada bagian yang kelihatan meskipun sudah dibalut bubur.

2.     Sedekah bumi
Sedekah bumi dilakukan setahun sekali dan melibatkan warga seluruh desa. Acara seperti ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dilestarikan sampai sekarang. Selain acara selametan, biasanya juga digelar pertubjukan. Pertunjukan tersebut yang dahulunya wayang kulit sekarang berubah menjadi ketoprak. Hal ini disebabkan karena wayang kulit sedikit peminatnya kebanyakan warga lebih suka ketoprak. Peminat wayang kebanyakan dari sebagian golongan tua, itupun melihat pertunjukan diatas jam 11 malam. Acara ini biasanya digelar di salah satu rumah warga yang mempunyai halaman yang cukup luas atau di balai desa. Tempat ini serentak menjadi ramai dengan datangnya para pedagang yang mremo atau menjual makanan, minuman, dan mainan anak-anak.
Untuk menyambut acara sedekah bumi ini,para warga desa sudah menabung jauh-jauh hari,seingga ketika harinya tibamereka tinggal membuka tabungandan membelanjakan uang untuk memeriahkan tradisi sedekah bumi yang digelar setahun sekali ini. Biaya yang dikeluarkan untuk acara pelaksanaan inihasil iuran seluruh warga desa. Setiap kepala keluarga dikenai dana sesuai kemampuan masing-masing dan kesepakatan bersama. Setiap pemilik sawah juga dikenai dana, tergantung luas lahan sawah masing-masing.
Para warga desa tetap menerima dan menjalankan dengan suka hati karena tradisi sedekah bumi merupakan warisan para leluhur. Sebagai wujud kerukunan bersama, pagi hari para warga mengumpulkan asahan atau nasi selamatan yang dibawa kemakam. Biasanya para perangkat desa tidak hanya membawa nasi saja melainkan ada ayam dan pisang. Setelah berkumpul jadi satu nasi beserta lauk-pauk dan makanan lain yang telah dibawa tadi didoakan bersama yang dipimpin oleh Modin yang diamini oleh seluruh warga yang hadir. Yang hadir dalam acara ini biasanya tidak hanya warga desa setempat saja melainkan dari desa-desa tetangga. Seusai berdoa nasi tersebut dimakan atau dikepung bersama-sama dalam satu tempat sehingga kelihatan rukun dan akrab.
Acara sedekah bumi ini masih banyak dilestarikan oleh warga desa khususnya para petani. Tujuan acara  ini adalah untuk memohon rizki yang melimpah dari Allah lewat usaha bertani mereka. Selain merayakan dimakam tadi,terkadang ada warga yang merayakannya lagi dirumah dengan membelikan makanan dan minuman untuk sanak- saudara mereka.

3.     Pupak Puser
Pupak Puser atau yang biasa disebut Puputan diartikan sebagai lepasnya tali pusar pada bayi yang baru lahir. Setiap bayi lamanya pupak puser berbeda-beda, paling cepat 3 hari sampai 14 hari setelah hari kelahiran. Lamanya waktu pupak puser ini memiliki mitos. Jika kurang dari satu minggu, maka kalau besar nanti bayi tersebut tidak bisa awet atau memiliki sesuatu. Dalam tradisi,kalau pusernya belum copot, bayi tersebut belum boleh diberi nama. Nantinya bisa sakit-sakitan karena tidak kuat menahan beratnya nama, karena nama itu merupakan harapan dan doa yang baik dari orang tua buat bayi tersebut. Makanya orang dahulu kalau anaknya sakit-sakitan, namanya sering diganti. Tapi kenyataan sekarang nama-nama itu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum bayi itu lahir. Pada saat bayi itu lahir kemudian di adzani (menurut islam) bayi itupun diberi nama.
Selain pemberian nama, rambut bayi itupun digunduli atau dipotong sampai bersih dan diakiqohkan. Waktu yang digunakan paling lambat pada saat bayi itu berusia selapan atau 35 hari. Rambut bayi digunduli karena rambut bayi konon memang harus dipangkas habis. Paling tidak sekali selama hidupnya.hal itu dipercaya bisa menyingkirkan segala penyakit supaya jauh-jauh darinya.

4.     Tujuh bulanan
Tujuh bulanan ini diperingati atas kehamilan anak yang pertama. Acara ini terus turun-temurun dari generasi tua ke generasi muda. Masyarakat desa beranggapan bahwa jika acara tujuh bulanan ini tidak dilakukan, biasanya terjadi ssuatu yang tidak diinginkan terhadap bayi dan ibunya, bahkan anggota keluarga yang lainnya.
Acara ini dilaksanakan pada bulan ke-7 atau bulan ke-5 atau ke-6. Dilaksanakan dua bulan atau satu bulan sebelum bulan ke tujuh karena biasanya orang desa lupa atau ada selisih hitungan antara hitungan sendiri da hitungan dokter.
Dalam acara tujuh bulanan ini, harus ada 7 jenis makanan yang berbeda-beda. Makanan tersebut bukanlah nasi melainkan makanan khas atau makanan tambahan. Misalnya singkong, nasi jagung atau biji-biji jagung yang direbus dan ditaburi parutan kelapa (orang menyebutnya grontol), aneka ragam ubi-ubian atau makanan yang terpendam ditanah, tidak ketinggalan rujak, dan masih banyak lagi. Nasi jagung tersebut tujuannya untuk makanan pokok pengganti nasi, meskipun sudah ada nasi.
Biar lebih afdhol, acara ini dihajatkan dengan cara mengundang para tetangga untuk datang kerumahnya sebelum acara ini dimulai, disiapkan terlebih dahulu 2 buah kelapa muda yang sudah dibuka bagian atasnya. Makanan  beserta buah kelapa tadi didoakan yang dipimpin Modin atau ustadz. Dalam acara ini harus ada perangkat desanya. Setelah selesai didoakan, buah kelapa tadi diberikan kepada orang yang hamil untuk diminum dan dimakan buahnya. Tujuannya agar bayi yang dirahim tersebut kulitnya akan bersih dan berseri-seri. Dan makanan yang sudah disiapkan tadi kemudian dibagi-bagikan pada tamu undangan. Tujuannya agar para tetangga juga ikut merasakan rizki yang telah diberikan tuhan.

5.     Hajatan
Hajatan merupakan suatu moment untuk merayakan atau menghormati acara tertentu yang dianggap penting dan biasanya dilakukan disuatu tempat yang dihadiri oleh banyak orang dan berbagai kalangan. Acara ini biasanya dilaksanakan di masjid atau mushola. Disini semua orang dianggap sama. Setiap keluarga atau rumah membawa satu asahan. Asahan tersebut berisi nasi dan lauk-pauknya. Selain nasi biasanya diganti dengan buah-buahan atau makanan pengganti lainnya seperti jajanan pasar. Waktu pelaksanaannya dilaksanakan habis maghrib atau isya’. Tetapi untuk memperingati hari raya idul fitri dilaksanakan pagi hari sebelum sholat id atau sesudah sholat id.

6.     Syukuran kelahiran bayi
Acara syukuran ini yang biasa disebut krayanan merupakan suatu acara yang dilakukan disetiap keluarga yang baru saja mendapatkan tambahan anggota baru yaitu kelahiran seorang bayi. Acara syukuran ini layaknya syukuran seperti biasanya. Tapi yang membedakan, dalam acara ini harus ada ayam (ingkung) dan lalapan. Lalapan ini menurut masyarakat desa wirun meniru ngidba’ rosul. Biasanya yang paling disukai atau dicari-cari dalam syukuran ini adalah lalapan tersebut. Biasanya dalam acra ini, keluarga sekalian mengumumkan nama dari bayi tersebut.

7.     Mendem ari-ari
Disetiap keluarga yang baru saja mendapatkan tambahan satu anggota keluarga baru,yaitu kelahiran seorang bayi, maka didepan rumah atau disebelah kanan pintu terdapat kurungan. Kurungan tersebut bertujuan agar melindungi ari-ari bayi yang ada didalam tanah tersebut. Kurungan tersebut juga diberi lampu penerangan. Jika malam hari penerangan tersebut dinyalakan dan siangnya dimtikan. Bagi masyarakat jawa, ari-ari diyakini sebagai saudara kandung bayi tersebut. Makanya harus diperlakukan dengan cara tertentu agar tidak membawa sial bagi si bayi tersebut.
Dalam filsafah jawa,dikenal dengan “ Dulur Papat Limo Pancer “ . Artinya Empat Saudara yang  Kelima Pusatnya. Dulur Papat tersebut adalah Marwati artinya Samar Mati ( rasa khawatir meninggal ), Kawah ( air ketuban ), Ari-ari ( plasenta ), Getih / Rahsa ( darah ) dan semua itu berpusat di pusar sang bayi.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita kaji lebih dalam tentang kebudayaan yang ada di desa Wirun, Kec.Winong, Kab.Pati, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan tersebut merupakan warisan para leluhur. Masyarakatpun menerima kebudayaan itu dengan baik bahkan menjalankannya. Tujuan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada tersebut adalah memohon rizki yang melimpah kepada Tuhan dan sebagai rasa syukur masyarakat atas segala nikmat dan rizki yang telah diberikan Tuhan pada mereka.

B.    Saran
Ø  Kita tidah usah percaya 100% pada hal-hal yang belum pasti.
Ø  Kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan pada kita.
Ø  Kita harus bisa menghargai sesuatu meskipun itu kecil.
Ø  Kita harus selalu hidup rukun dengan sumua orang pa lagi orang-orang yang ada disekitar kita karena kita makhluk sosial.


No comments:

Post a Comment